KALSEL - Lomba Edukatif Kultural Mading Tiga Dimensi (3D) yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Selatan melalui UPTD Museum Waja Sampai Kaputing (Wasaka) resmi berakhir dengan sukses.
Dalam lomba yang diikuti 16 tim dari SMA, SMK, dan sekolah sederajat di empat kabupaten/kota, yakni Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Barito Kuala, dan Kabupaten Tanah Laut, keluar sebagai juara pertama SMAN 7 Banjarmasin dengan nilai 720 poin. Juara kedua diraih SMAN 1 Banjarmasin (703 poin), dan juara ketiga SMAN 2 Banjarmasin (609 poin).
Untuk kategori harapan, juara harapan I diraih SMAN Mekar Sari Barito Kuala (651 poin), harapan II SMKN 3 Banjarmasin (645 poin), dan harapan III SMAN 3 Banjarbaru (600 poin).
Kepala Disdikbud Kalsel, Galuh Tantri Narindra melalui Kepala Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman, Arry Risfansyah, menyampaikan rasa syukur atas kelancaran pelaksanaan kegiatan yang rutin digelar setiap tahun tersebut.
“Alhamdulillah, dari 16 peserta yang berasal dari empat kabupaten/kota, semua dapat melaksanakan lomba dengan baik dan menunjukkan perkembangan yang positif,” ujar Arry di Banjarmasin, Rabu (12/11/2025).
Meskipun sempat terkendala cuaca hujan, para peserta tetap antusias dan berhasil menyelesaikan karya Mading 3D mereka tepat waktu sesuai jadwal. Arry menilai, kualitas karya peserta tahun ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Walau ada kendala, semua peserta dapat menyelesaikan karyanya sesuai waktu. Selain itu, secara kualitas, karya tahun ini mengalami perkembangan signifikan,” tambahnya.
Lomba kali ini mengangkat tema “Revolusi Fisik Kalimantan Selatan”, yang bertujuan menumbuhkan pemahaman sejarah perjuangan rakyat Banua kepada generasi muda.
Menurut Arry, para peserta sudah cukup memahami materi yang diangkat, terutama tentang sejarah perjuangan rakyat Kalsel melawan penjajahan Belanda (NICA) pasca-Proklamasi 1945
“Mereka sudah mampu menguasai dan menyampaikan kembali sejarah revolusi fisik melalui karya mereka,” pungkas Arry.
Dalam penilaian, panitia menghadirkan tiga dewan juri profesional: Wajidi (sejarawan), Budi Kurniawan (jurnalis dan komunikator), serta M. Syahril M. Noor (bidang artistik).
Syahril M. Noor menilai hasil karya para peserta dinamis dan kreatif, meski sebagian masih menghadapi kendala teknis.
“Ada peserta yang sudah memahami sejarah dengan baik, tapi ada juga yang masih kesulitan karena baru pertama kali mengikuti. Faktor cuaca dan manajemen waktu juga memengaruhi hasil karya mereka,” jelasnya.
Sementara itu, sejarawan Wajidi berharap peserta ke depan dapat memperdalam riset mengenai tema yang diangkat.
“Peserta sebaiknya lebih mendalami tema melalui riset atau pencarian sumber tambahan di luar materi dari panitia,” ujarnya.
Juri lainnya, Budi Kurniawan, mengapresiasi upaya peserta dalam menyampaikan sejarah melalui media Mading 3D.
“Menyampaikan sejarah lewat Mading 3D tidak mudah. Cerita sejarah itu kompleks, tapi medianya terbatas. Dibutuhkan kedetailan dan kreativitas. Namun ini langkah luar biasa karena anak muda belajar berkomunikasi dan menyampaikan sejarah dengan cara yang lebih sederhana dan mudah dipahami,” tuturnya.
Melalui lomba ini, Disdikbud Kalsel berharap generasi muda semakin mencintai sejarah dan warisan perjuangan daerah, serta mampu melestarikannya dengan cara yang kreatif dan relevan dengan zaman. (MC Kalsel)


Posting Komentar